Opini, kabartuban.com - Meskipun bukan siapa-siapa, saya turut mengucapkan
beribu terima kasih kepada semua orang di seluruh Indonesia dan dunia yang
bersedia bersusah payah, berkeringat dan keluar biaya untuk melakukan unjuk
rasa menentang dan mengutuk peredaran obat-obatan terlarang, atau sering kita sebut
sebagai narkoba. Meskipun tidak bisa diandalkan di hadapan Tuhan, tetapi saya
mendoakan semoga pengorbanan Anda semua diganjar Tuhan dengan tambahan rezeki
melimpah, ketenteraman keluarga, kesejahteraan anak turun, serta
terselesaikannya masalah-masalah apapun yang kini sedang Anda hadapi.
Tidak penting apakah muatan unjuk rasa Anda itu tepat atau tidak. Tidak
masalah demonstrasinya ke mana dan sasarannya siapa. Juga tidak persoalan
pemahaman Anda semua dan saya melenceng atau tepat atas apa yang sesungguhnya
terjadi di Republik ini. Tapi yang jelas korban dari pil haram tersebut lebih
banyak dan berbahaya dari korban banjir di Jakarta atau badai tsunami yang ada
di Aceh. Yang penting, Anda dan saya sungguh-sungguh berniat membela adik-adik
kita, remaja-remaja kita dari kezaliman para oknum dan bandar-bandar
narkoba yang sudah merebak sedemikian parahnya. Terimakasih pula karena Anda
selalu setia mempertahankan salah satu konsep islam yaitu “Rahmatan
lil’alamin”. Dan itu efeknya bukan hanya akan sampai pada Indonesia, tapi insya
Allah merupakan investasi bagi keselamatan keluarga kita dan kesejahteraan anak
cucu kita kelak di akhirat.
Sering kali saya menemukan fenomena-fenomena miris yang berkaitan dengan
kasus-kasus penyalahgunaan obat-obatan terlarang yang dialami oleh pelajar.
Sebagian besar pelajar itu hanya menjadi korban dari maraknya penjualan
obat-obatan terlarang yang kian merebak. Dari sekian banyaknya pelajar yang
mengkonsumsi pil haram tersebut, tak jarang orang tua mereka menemui saya untuk
mengajak berdiskusi mencari solusi terbaik. Dalam beberapa pertemuan dengan
orang tua korban penyalahgunaan obat-obatan terlarang tersebut mampu
menggerakkan nurani saya, sahabat-sahabat serta seluruh simpatisan baik dari
kalangan profesional, pengusaha, politisi, pers, dan pelajar untuk menyatukan
hati bersama-sama melakukan manuver-manuver gerakan, untuk memerangi bahaya
narkoba khususnya pada kalangan pelajar.
Memang tak mudah dalam memperjuangkan nilai-nilai kebenaran di zaman
seperti ini. Tapi disitulah substansi kehidupan yang seharusnya kita lakukan
sebagai wujud pengabdian kepada Tuhan. Karena pada prinsipnya, hidup itu
membutuhkan pengorbanan. Pengorbanan memerlukan perjuangan, perjuangan
memerlukan ketabahan, ketabahan memerlukan keyakinan, keyakinan akan menentukan
kejayaan, dan kejayaan pula yang kelak akan menentukan kebahagiaan.
Menurut Lao Tze “Perjalanan seribu batu bermula dari satu langkah”, hal ini
menandakan bahwa seberapapun berat perjuangan untuk menyelamatkan generasi muda
dari ancaman narkoba memang harus kita mulai. Kapan lagi kalau bukan sekarang?
siapa lagi kalau bukan kita yang memulainya?, yakinlah kelak akan terjawab
mengapa perjuangan ini pahit.
Saya percaya, esok sudah tidak boleh mengubah apa yang berlaku hari ini,
tetapi hari ini masih boleh mengubah apa yang akan terjadi pada hari esok.
Sudah cukup banyak ratusan ibu menangisi perubahan psikologis putra-putri
kesayangan mereka, yang prestasinya menurun disebabkan ketergantungan
pada narkoba. Mereka bingung karena anak yang dulunya penurut kini jadi labil
dan suka mencuri uang ayah dan ibunya hanya untuk sekadar membeli obat-obatan
yang membuatnya ketagihan. Bahkan pada situasi tertentu tak jarang sang anak
berani membentak dan mengajak berkelahi orang tuanya karena kondisi yang sangat
labil akibat pengaruh obat.
Dalam konteks kepedulian kita terhadap masalah ini, sebenarnya tugas
kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam
mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil.
Banyak hal yang bisa kita lakukan, seperti halnya menekan Pemerintah supaya di
setiap Kabupaten segera terbentuk Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK),
yang notabene dengan adanya lembaga baru itu independensinya masih terjaga.
Selain itu berbagai langkah pendekatan persuasif kepada korban memang harus
kita lakukan secara masif. Kita sebagai agen social of change harus
senantiasa memberikan masukan-masukan yang konstruktif agar mereka bersedia
untuk meninggalkan kesenangan yang menghalangi pencapaian kecemerlangan hidup
yang mereka idamkan. Serta menanamkan dalam diri para korban untuk berhati-hati
karena beberapa kesenangan biasanya adalah cara gembira menuju kegagalan.
Bergaul dengan para korban yang usianya masih dini memang bukan persoalan
yang mudah. Kita harus mau dan mampu untuk berbicara dengan logika dan cara
berpikir mereka. Saat dibutuhkan, kita harus bisa memompa semangat mereka
dengan bahasa hati, karena sesuatu yang keluar dari hati akan mampu menembus
hati pula. Para korban narkoba harus di doktrin bahwa sebenarnya dia tidak akan
berhasil menjadi pribadi baru bila senantiasa bersikeras untuk mempertahankan
cara-cara lama yang telah dilakukan. Dirinya akan disebut baru,
hanya bila cara-cara yang mereka lakukan kali ini baru.
Masa depan yang cerah selalu tergantung pada masa lalu yang dilupakan. Kita
tidak dapat meneruskan hidup dengan baik jika tidak dapat melupakan kegagalan
dan sakit hati di masa lalu. Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan,
pergilah ke tempat-tempat kamu ingin pergi. Jadilah seperti yang kamu inginkan,
kerena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan
hal-hal yang ingin kamu lakukan.
Tak usah kau tunggu waktu lama-lama untuk merubah masa depanmu. Ketahuilah
bahwa waktu terkadang terlalu lambat bagi mereka yang menunggu, terlalu cepat
bagi yang takut, terlalu panjang bagi yang gundah, dan terlalu pendek bagi yang
bahagia. Tapi bagi yang selalu mengasihi waktu adalah
keabadian. Tinggalkan narkoba demi masa depan Anda, keluarga, agama serta
demi Indonesia. (Hendra Tonik)